Sabtu, 28 September 2013

SEPEDAKU...




Kali ini saya akan memperkenalkan sepeda yang saya gunakan untuk aktivitas gowes. Diawali saat saya masih bekerja di ibu kota (Jakarta) tahun 2008 yang lalu, hampir tidak ada kegiatan olah raga yang bisa dilakukan selain jogging, itu pun hanya di hari Minggu pagi. akhirnya terfikir untuk membeli sepeda agar bisa saya gunakan untuk sekedar mencari keringat keliling komplek di sore hari sehabis kerja. Yah mempunyai sepeda sendiri merupakan keinginan terpendam sejak dari sekolah di SD.

Event Pekan Raya Jakarta(PRJ) tahun 2008, saya mampir di stand penjualan sepeda, waktu itu ada tiga stand yaitu Polygon, United dan Wimcycle. Tapi yang menarik perhatian saya waktu itu adalah stand Polygon dan United. Dengan berbagai pertimbangan dan saran dari teman akhirnya sebuah Polygon Premier warna hitam-abu abu resmi menjadi milik saya. Dan sesuai rencana awal menjadi sarana olah raga ringan bagi saya.

Polygon Premier
Setelah saya kembali ke Yogyakarta, si Premier jarang saya pakai karena memang jarang bersepeda lagi, Baru di pertengahan tahun 2010 mulai aktif bersepeda bersama beberapa teman. Si Premier sudah saya ajak gowes dari jalanan aspal sampai medan offroad ringan, sempat juga saya ajak naik perbukitan.

Impresi yang saya rasakan selama menggunakan si Premier adalah lumayan ringan bobotnya dan awet cat-nya. Pengereman yang masih menggunakan v-brake ternyata agak lemah ketika diajak basah-basahan, terbukti saat saya gowes di perbukitan sekitar Turgo. Waktu itu hujan cukup deras sehingga medan menjadi basah. Pasir dan air menggerus kanvas rem sampai habis sehingga sepeda tidak mungkin saya naiki lagi. Selebihnya oke-oke saja, apalagi kalau diajak onroad. Saya sempat mengganti spare part berupa bottom bracket(BB), kanvas rem, dan pedal.
Thrill Agent TR 3
Setelah 5 tahun, tepatnya akhir Mei 2013, akhirnya saya meminang sepeda ke-2. Masih produk dalam negeri dari Wimcycle, yaitu Thrill Agent TR3. Sebuah sepeda kelas value menurut saya, karena setelah bertanya kesana-kemari dan baca referensi dengan harga segitu dapat sepeda dengan spesifikasi yang lumayan bagus di kelasnya. 

Impresi yang saya rasakan memang agak berbeda dengan Premier saya yang dulu. Secara tampilan, dengan profil rangka yang tidak bulat memang terlihat lebih gagah. Dengan kombinasi gir belakang berjumlah 9 dan depan 3 (total 27 speed), menjadikannya lebih ringan saat dipakai di tanjakan, namun ban bawaan agak berat ketika dipakai di jalan aspal.  Secara bobot keseluruhan hampir sama dengan si Premier.  

Itulah sedikit review dari dua buah sepeda produk dalam negeri yang sudah saya pakai. Dengan harga yang relatif terjangkau, namun sudah bisa menemani dan membawa kebahagian tersendiri bagi saya, plus dapat bonus badan menjadi lebih sehat. Akhirnya yang terpenting bukan sepeda yang digunakan, tetapi melakukan aktivitas bersepeda yang dilakukan.